Bacaan: Lukas 17:11-19
Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah …?- Lukas 17:18
Siapapun bisa mengucapkan terima kasih. Demikian mudah untuk diucapkan, apalagi kita sudah dari sejak kecil selalu dibiasakan untuk mengatakannya ketika menerima sesuatu. Namun pada kenyataannya, sangat jarang orang yang melakukannya. Banyak orang lebih suka bersungut-sungut daripada berterima kasih. Banyak orang lebih suka mengeluh daripada mengucap syukur. Sejauh ini, bagaimana dengan kita? Apakah hari ini kita juga sudah mengucap syukur dan berterima kasih kepada Tuhan? Tidak selalu saat kita mendapat rejeki bak durian jatuh. Atau saat melihat mujijat dan perkara besar terjadi. Jika kita menunggu mengalami semuanya itu baru kita mengucap syukur, betapa miskinnya kita soal berterima kasih. Mengucap syukur bisa kita temukan dari hal-hal yang paling sederhana, bahkan saat mengalami keadaan yang paling buruk sekalipun.
Berterima kasih kepada Tuhan, karena Ia memilih kita untuk dilahirkan. Berterima kasih karena kita bisa melihat, mendengar, merasakan dan menyentuh kehidupan dengan keindahan. Berterima kasih untuk orang tua, meski tak sempurna, mereka telah melakukan yang terbaik untuk anaknya. Berterima kasih untuk pasangan hidup, meski kadang terjadi perselisihan di sana sini, kita tak akan pernah menemukan pasangan hidup yang paling cocok di belahan dunia manapun, kecuali pasangan kita sendiri. Berterima kasih untuk anak kita, bagaimanapun fisik dan keberadaannya, anak kita tak ubahnya malaikat kecil yang menyempurnakan kebahagiaan kita. Berterima kasih untuk pemimpin rohani, meski selalu ada saja kekurangan dan kelemahannya, mereka telah membawa kita mengenal Tuhan lebih dalam.
Berterima kasih untuk atasan yang galak, ia telah mengajarkan kita kelembutan. Berterima kasih untuk bawahan yang kadang melelahkan, ia telah mengajarkan kesabaran. Berterima kasih untuk orang yang memfitnah, merencanakan kejahatan bahkan yang membenci dan memusuhi kita, ia telah mengajarkan arti kasih lebih dari yang pernah diajarkan di gereja. Berterima kasih untuk masalah dan tekanan hidup yang pelik, itu semua mengajarkan kita arti berharap dan bersandar kepada Tuhan. Berterima kasih untuk sakit penyakit yang kita derita, itu mengajarkan kita untuk lebih berempati kepada mereka yang sakitnya lebih parah. Hidup memang untuk berterima kasih, karena saat itulah kebahagiaan baru bisa dirasa.
Bisakah Anda tetap berterima kasih ketika hari ini Tuhan ijinkan masalah dan kesulitan terjadi?
(Kwik) Renungan Spirit
sumber : YHS Link Ministries
|
0 komentar:
Posting Komentar
Setelah dibaca apa anda punya komentar untuk artikel diatas ?
Jika anda merasa terberkati dengan artikel diatas atau anda mengalami pengalaman peristiwa yang sama, sharingkan dan tinggalkan pesan, kesan atau komentar apa saja yang positif disini.
Semoga komentar anda dapat menjadi berkat bagi yang lainnya.